Pendidikan
jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam
hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani dan olahraga adalah
laboratorium bagi pengalaman manusia, karena dalam pendidikan jasmani
menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan mengembangan karakter. Pengajaran
etika dalam pendidikan jasmani biasanya dengan contoh atau perilaku. Pengajar
tidak baik berkata kepada muridnya untuk memperlakukan orang lain secara adil
kalau dia tidak memperlakukan muridnya secara adil.
Selain
dari pada itu pendidikan jasmani dan olahraga begitu kaya akan pengalaman
emosional. Aneka macam emosi terlibat di dalamnya. Kegiatan pendidikan jasmani
dan olahraga yang berakar pada permainan, ketrampilan dan ketangkasan
memerlukan pengerahan energi untuk menghasilkan yang terbaik. Pantas rasanya
jika kita setuju untuk mengemukakan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga
merupakan dasar atau alat pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya, dalam
pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang behavior dalam
membentuk kemampuan manusia yang berwatak dan bermoral.
Kita telah
menyadari bahwa pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman
manusia, oleh sebab itu guru pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika
dan nilai dalam proses belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk
membentuk karakter anak. Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas
dari karakter bangsa Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus
dilakukan oleh setiap orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan
pendidikan nilai di sekolah. Sehingga banyak sekali nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam setiap pendidikan jasmani,seperti :
sportivitas,kerjasama,simpati,empati,jujur,adil,daya juang,tanggung
jawab,disiplin,motivasi,percaya diri,solidaritas dan sabar.
MOTIVASI
a.Pengertian Motivasi
Motivasi berasal
dari kata lain “movere” yang berarti dorongan atau bahasa Inggrisnya to move.
Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang
mendorong untuk berbuat. Motif tidak
berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor
eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut
motivasi. Michel J. Jucius menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan
dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang
dikehendaki.Menurut Dadi Permadi, motivasi adalah dorongan dari dalam untuk
berbuat sesuatu, baik yang positif maupun negatif.
Motivasi
adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang
secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi
juga bisa dalam bentuk usaha - usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Motivasi
mempunyai peranan starategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada
seorang pun yang belajar tanpa motivasi, tidak ada motivasi berarti tidak ada
kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip
motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan
dalam aktivitas sehari-hari.
b. Jenis Motivasi
1. Motivasi Intrinsik
Yang
dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang
yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah
rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi
tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang
dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang
terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.
Sebagai contoh konkrit,
seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan,
nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif,
tidak karena tujuan yang lain-lain. “intrinsik motivations are inherent in the
learning situations and meet pupil-needs and purposes”. Itulah sebabnya
motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di
dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan
dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti
tadi dicontohkan bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui
segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Sebagai contoh itu seseorang itu belajar,karena tahu
besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga
akan dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar
ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,atau agar mendapat
hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak
secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannyn itu. Oleh karena
itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang
didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari
luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Suatu
perbuatan atau keinginan yang disadari dan hanya mempunyai satu motivasi
bukanlah hal yang biasa, tetapi tidak biasa. Karena suatu keinginan yang
disadari atau perilaku yang bermotivasi dapat berfungsi sebagai penyalur untuk
tujuan-tujuan lainnya. Apabila dapat terjadi keseimbangan, hal tersebut
mencerminkan ”hasil pekerjaan”seseorang yang berhadapan dengan potensinya untuk
perilaku, yang dapat diidentifikasisebagai ”kemampuannya”. Jadi, motivasi
memegang peranan sebagai perantara untuk mentransformasikan kemampuan menjadi
hasil pekerjaan.
Maka
dari itu dalam pendidikan jasmani nilai-nilai motivasi sangat dibesar-besarkan
demi munculnya gairah dan semangat sehingga biasa mengoptimalkan potensi dalam
diri demi memproleh suatu tujuan yaitu prestasi.
Sportifitas
yaitu merupakan kata sifat yang berarti jujur dan kesatria atau gagah. Dan kata
sportifitas yang sebagai kata benda mempunyai arti orang yang melakukan
olahraga tersebut (harus) memiliki kejujuran dan sikap ksatria dalam bertindak
dan berperilaku saat berolahraga, seperti disiplin, mengikuti ketentuan dan
peraturan yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama, terutama
saat mengikuti suatu pertandiang atau perlombaan olahraga. Jadi sportifitas
dalam olahraga adalah perilaku atau tindakan dari seorang atau sekelompok
olahragawan yang memperlihatkan sikap jujur, kesatria, disiplin, dan menaati
ketentuan dan peraturan pertandingan/ perlombaan olahraga untuk mencapai
sesuatu yang diharapkan (prestasi).
Sportif
adalah sikap yang memperjuangkan fair play, keserasian dengan rekan tim dan
lawan, perilaku etis dan integritas, fair play dan etika dalam menerima
kemenangan atau kekalahan. Sportivitas merupakan aspirasi atau etos bahwa
olahraga atau kegiatan akan dinikmati untuk kepentingan diri sendiri, dengan
pertimbangan yang tepat untuk keadilan, etika, rasa hormat, dan rasa
persekutuan dengan pesaing seseorang. Seorang pecundang merasa sakit ketika
mengacu pada orang yang tidak merasakan kekalahan yang baik, sedangkan olahraga
yang baik berarti menjadi "pemenang yang baik" serta menjadi
"pecundang yang baik".
Sportif
dapat dikonseptualisasikan sebagai karakteristik abadi dan relatif stabil atau
disposisi seperti bahwa individu berbeda dalam cara mereka umumnya diharapkan
untuk berperilaku dalam situasi olahraga. Secara umum, sportif mengacu pada
kebajikan seperti kejujuran, keberanian pengendalian diri, dan ketekunan, dan
telah dikaitkan dengan konsep-konsep interpersonal memperlakukan orang lain dan
diperlakukan secara wajar, mempertahankan kontrol diri jika berhadapan dengan
orang lain, dan menghormati otoritas dan lawan.
Sebuah
pesaingan yang menunjukkan sportivitas yang buruk setelah kalah permainan atau
kejuaraan ini sering disebut sebagai "pecundang yang sakit" (mereka
yang menunjukkan sportivitas yang kurang setelah menang biasanya disebut
"pemenang buruk"). Perilaku pecundang sakit termasuk menyalahkan
orang lain atas kerugian, tidak bertanggung jawab atas tindakan pribadi yang
memberikan kontribusi akan kekalahan, bereaksi terhadap kerugian dengan cara
yang belum dewasa atau tidak layak, membuat alasan untuk kalah, dan mengutip
kondisi tidak menguntungkan atau masalah kecil lainnya sebagai alasan untuk
kekalahan. pemenang buruk bertindak dengan cara yang dangkal setelah kemenangan
mereka, seperti sombong tentang nya atau menang, mengolok-olok lawan, menghina
lawan serta menurunkan harga diri lawan secara terus-menerus dan mengingatkan
mereka tentang bagaimana "buruknya permainan" yang dilakukan mereka
dibandingkan.
Maka
dari itu sifat sportivitas harus ditanamkan sejak dini kepada anak-anak
sehingga membuat mereka sadar betapa pentingnya unsur tersebut. Sportivitas
banyak sekali mengajarkan kita hal-hal yang positif seperti halnya kita tidak
boleh menyalahkan orang lain hanya karena ego kita semata dan menghalalkan
segala cara untuk memperoleh apa yang kita inginkan yang sebenarnya bukan
merupakan hak kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar